Kamis, 23 Juni 2016

Ekonomi dalam kebijaksanaan alkitabiah


Pendahuluan

   Prinsip ekonomi dunia telah berusaha menggeser pengertian ekonomi yang sesungguhnya. Bukan saja demikian, bahkan dunia ekonomi sekarang telah berusaha keras untuk menggeser semua bidang lainnya. Ekonomi merupakan bidang yang dianggap paling berkuasa dan paling ampuh di dunia. Ekonomi menjadi andalan dan penentu mati-hidupnya manusia. Berbekal format materialis-humanis ekonomi berkembang menjadi satu format penentu dunia. Bahkan sekarang ekonomi jauh lebih ditakuti ketimbang senapan atau rudal. Ancaman ekonomi dirasakan sebagai ancaman yang jauh lebih mematikan. Di dalam keadaan seperti ini, maka dunia berubah menjadi dunia yang berpusat pada ekonomi. Dunia berjuang untuk mencari kelebihan material dan mengejar keuntungan. Seluruh dunia dinilai dari ukuran ekonominya. Itulah penentu kesuksesan dunia.

   Lebih celaka lagi ketika kekristenanpun tercemar dengan ide materialisme seperti ini. Sekalipun alkitab berulang kali membicarakan tentang bahayanya berpusat pada uang dan mengejar uang, tetapi banyak orang kristen yang masih sulit untuk melepaskan diri dari opini dunia ini. Semakin canggih dan banyaknya teori ekonomi, dan semakin dipasarkan secara luasnya prinsip materialisme dan marketing, maka dunia kekristenan menghadapi ancaman serius dari indoktrinasi materialisme yang berusaha masuk kedalam gereja. Ditambah lagi dengan fakta banyaknya pemimpin-pemimpin gereja sendiri yang memang “money oriented” karena memang itulah yang menjadi basis pemilihannya. Banyak pemilihan majelis ditentukan oleh tingkat kekayaannya. Banyak pendeta yang sibuk mengkhotbahkan perpupuluhan untuk menggendutkan perutnya. Semua format ini menjadikan gereja semakin sekuler dan materialis. Tidak heran,  akibatnya, gerejapun berpusat pada ekonomi.

Definisi Ekonomi

   Pada umumnya dunia mengerti ekonomi sebagai suatu tindakan yang dimotori oleh kebutuhan. Jadi didalamnya ditekankan adanya tiga unsur penting, yaitu: produksi, konsumsi dan pertukaran. Kalau ketiga unsur ini terjadi, disitu sudah terjadi ekonomi. Alfred Marshall : ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang umat manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Richard G. Lipsey : ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang pemanfaatan sumber daya yang langka untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas.

Alkitab: ilmu ekonomi adalah studi tentang bagaimana mendayagunakan semua yang Tuhan percayakan kepada manusia untuk bisa mempermuliakan Allah. (kej. 2:15; Mat. 25:14-30; Kol.3:23).
Singkatnya: ekonomi berasal dari kata ”oikos’’ ( rumah tangga) dan ‘’nomos’’ (aturan), yang secara utuh berarti, mengatur rumah tangga. Ekonomi adalah tugas penatalayanan (stewardship).

               Penatalayanan (stewardship) berarti pekerjaan menatalayani. Penatalayan adalah orang yang menatalayani, disebut juga "juru kunci". Ada beberapa contoh dari Alkitab. Dalam Kejadian 24 diterangkan bahwa Abraham mempunyai orang kepercayaan untuk mengelola harta dan urusan rumah tangganya, yaitu Eliezer. la adalah penatalayan atau juru kunci yang mengelola harta dan urusan itu sesuai dengan kehendak Abraham, pemiliknya. Pekerjaannya disebut penatalayanan. "Mengelola" berasal dari kata "kelola" yang berarti mengurus, mengatur, menyelenggarakan; orang dengan tugas itu disebut "pengelola". Penatalayan atau juru kunci ini disebut juga "kepala rumah" (Kej. 43:16,19; 44:4), "kepala istana" (Yes. 22:15), "mandur" (Mat. 20:8), "bendahara" (Luk. 16:1), "bendahara negeri" (Rm. 16:23). Paulus dkk. menyebut diri sebagai hamba-hamba Kristus yang mendapat kepercayaan mengenai rahasia Kristus (1 Kor. 4:1-2). Tugas itu harus dilaksanakan dengan jujur. Seorang penatalayan yang tidak jujur pasti dipecat/diganti (Yes. 22:15-25).

Perbedaan dasar pinsip Ekonomi Alkitab dan dunia

1.      Orientasi pada Allah

               Ekonomi Alkitab mengajarkan prinsip yang sangat jelas, yaitu seluruh alam semesta dan isinya adalah milik Allah yang perlu dikelola dan dipertanggungjawaban bagi kemulian Allah. Semua perilaku ekonomi harus dikembalikan pada kehendak Allah. Tidak ada perilaku ekonomi yang beres, yang keluar dari rencana Allah. Sebaliknya, dunia justru mengajar untuk melakukan tindakan ekonomi tanpa mempedulikan Allah, atau yang lebih para lagi justru menunggangi atau mejadikan Allah sebagai alat ekonomi (agregat produksi). Disini manusia yang menjadi pusat dan kebutuhan manusia yang menjadi intinya. Maka dalam format dunia, ekonomi menjadi suatu bidang studi yang sangat huminis dan materialistis.

2.      Intinya pertanggungjawaban.

            Ekonomi alkitab mengajarkan prinsip pertanggungjawaban pengelolaan yang manusia lakukan terhadap alam kepada Allah. Manusia tidak boleh menggarap alam semena-mena untuk dirinya atau golongannya sendiri karena bukan manusia yang memiliki semua itu. Dengan mempertanggungjawabkan semua ekonomi seturut perintah Allah, maka kesejahteraan manusia bisa dijaga. Untuk itu, alkitab merupakan basis studi ekonomi, bukanya semangat materialisme dan tuntutan kebutuhan manusia. Sebaliknya, didalam sistem ekonomi dunia, pertanggungjawaban kepada Allah sama sekali tidak pernah diperhitungkan. Akibatnya, manusia hanya menjadi pelaku-pelaku ekonomi yang buas dan hanya mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Tidak heran, dunia menjadi ajang pengrusakan akibat terjadinya ketidakseimbangan pola ekonomi dunia. Di mana pertanggungjawaban global tidak ditekankan, maka dunia akan semakin rentan menjadi rusak.

3.      Penekanan pola ekonomi spiritual

                  Ekonomi Alkitab menekankan bahwa seluruh perilaku ekonomi merupakan keseimbangan antara aspek rohani dan jasmani, bahkan menyangkut seluruh bagian kehidupan manusia, yang bisa mempermuliakan Allah. Tetapi di dalam ekonomi dunia, seperti telah terlihat di atas, jelas orientasi hanya pada aspek materi dan mengabaikan aspek rohani sama sekali. Ekonomi seolah-olah menjadi bidang yang split atau terpisah dari dunia rohani, bahkan ada kecenderungan dikontraskan satu dari yang lain. Melalui perumpamaan bendahara yang tidak jujur, Alkitab mau menyatakan bahwa materi harus bisa dipakai sebagai alat rohani. Hanya dengan cara itu barulah seluruh keseimbangan bisa dicapai. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita harus mencari kerajaanAllah dan kebenaran-Nya terlebih dahulu, barulah semua hal lainnya akan ditambhkan kepada kita.

                 Dalam aspek ini, Alkitab sama sekali tidak mengajarkan bahwa kita harus anti materi dan hanya mempedulikan aspek rohani saja. Tetapi kita harus menjaga keseimbangan, dimana aspek rohani menjadi bagian penting yang tidak bisa dilepaskan dari aspek materi di dalam ilmu ekonomi. Dengan demikian kita baru bisa menjadi penatalayan ekonomi yang baik.

Variabel Ekonomi

               Sebagai anak Tuhan, kita harus melihat ekonomi secara berbeda. Ada variabel-variabel yang harus kita perhitungkan dan sangat menentukan di dalam pola dan perilaku ekonomi kita.

1.                     Ketaatan Sebagai seorang penatalayanan harta Allah, maka kunci pertama yang harus kita perhitungkan adalah sejauh mana ketaatan kita di dalam menjalankan tugas ini kepada Allah. Pelaku ekonomi yang tidak mau taat kepada Allah, pasti tidak akan pernah menikmati kehidupn ekonominya dengan baik, karena di situlah kunci seluruh tugas ekonomi. Di dalam Mat : 25, Tuhan Yesus memberikan hukuman keras kepada orang yang tidak mau menjalankan tugasnya.

2.      Kejujuran dan Integritas

              Hal kedua yang justru menjadi prinsip ekonomi adalah kejujuran dan integritas di dalam menjadi penatalayan Allah. Tidak ada cara lain yang bisa membuat ilmu ekonomi bisa berjalan dengan baik kecuali melalui sistem yang jujur dan terintegritas baik. Di mana terdapat ketidakjujuran, maka seluruh penatalayan akan hilang arah dan keseimbangannya. Pasti akan terjadi kerusakan dimana-mana. Dan ilmu ekonomi yang sejati adalah ekonomi yang disoroti oleh Allah pemilik alam semesta, yang menuntut kejujuran dan integritas dari setiap orang yang diberi-Nya hak untuk mengelola alam milik-Nya.

3.                              Kebajikan Motivasi dasar Allah di dalam memberikan semua alam semesta ini kepada manusia adalah agar manusia bisa hidup bahagia dan sejahtera. Inilah kebajikan Allah yang dinyatakan kepada manusia. Oleh karena itu, manusia harus juga menjalankan prinsip kebajikan di dalam melakukan ilmu ekonomi. Ketika ekonomi sudah kehilangan sifat manusiawinya, ekonomi akan menjadi suatu perilaku yang kejam sekali. Barulah belakangan ini orang-orang mulai semakin menyadari bahwa ekonomi telah tidak lagi memanusiakan manusia, bahkan ada ide bahwa manusia adalah makhluk ekonomis. Artinya, manusia hanya dinilai berdasarkan aspek ekonomi. Manusia bahkan di atas ekonomi, tetapi manusa justru sudah menjadi komoditi ekonomi. Dari sini timbul banyak sekali masalah yang menyengsarakan manusia.

4.      Etika Ekonomi Kristen

                Bagi Alakitab, ekonomi harus menjadi alat bagi kemuliaan Tuhan. Oleh karena itu, etika ekonomi harus sejalan dengan etika Kristen. Dalam kasus ini,etika ekonomi tidak bisa didualiasmekan dengan etika Kristen. Salahlah pandangan bahwa etika ekonomi tidak bisa dan tidak mungkin bisa sejalan dengan etika Kristen, karena di dalam ekonomi ada kaidah-kaidah yang harus bertentangan dengan iman Kristen. Misalnya, di dalam ekonomi ditekankan hukum “demand and supply” (permintaan dan penyediaan). Jika penyediaan sedikit dan permintaan banya, maka harga akan naik. Akibatnya, seringkali suatu produk alam dibuang atau dimusnahkan demi untuk menaikkan harga barang (mempersedikit persediaan), padahal begitu banyak orang yang kelaparan dan membutuhkan bahan tersebut. Di sini, etika ekonomi harus dikembalikan kepada kebenaran Alkitab, atau ekonomi hanya menjadi alat sebagian orang. Ini terjadi baik di dalam ekonomi sistem kapitalis ataupun sistem sosialis. Baik di dalam pola perdangan bebas, ataupun dalam sistem akonomi terkontrol. Tidak pernah ekonomi memperjuangkan kesejahteraan masyarakat luas, tetapi hanya menyejahterakan segolongan tertentu manusia, entah yang beruang atau berkekuasaan.

Kesimpulan dan penutup

                      Prinsip ekonomi dunia harus dikembalikan kepada jalur kebenaran Alkitab, karena tanpa tidak ada kemungkinan ekonomi dunia akan membereskan seluruh kehidupan manusia dan membawa manusia kepada kesejahteraan yang sejati. Prinsip ekonomi harus ditundukkan di bawah kebenaran firman Tuhan, karena seluruh basis ekonomi sebenarnya bergerak di dalam dunia milik Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Oleh karena itu, pengelolaannya harus sesuai dengan kehendak Tuhan.

                      Prinsip ekonomi harus berada di bawah etika firman. Tidak ada dualisme antara bidang ekonomi dan pengenalan firman, antara etika Kristen dan etika ekonomi. Seorang Kristen yang Tuhan letakkan di dunia ekonomi harus berjuang keras untuk menjalankan panggilannya menyatakan kebenaran di dunia ekonomi. Kita perlu jelas akan panggilan Tuhan ini. Kita bukan anak-anak setan dan sifat kedagingan yang penuh nafsu. Oleh karena itu, kebenaran Allah harus dinyatakan secara serius.

Ayat acuan:

2 tim. 3:1-2” 1. Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. 2. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,


1  tim. 6:9-10’’ 9. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. 10. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Luk. 16:1-9’’ 1. Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. 2. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. 3. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. 4. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. 5. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? 6. Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. 7. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. 8. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. 9. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi."

Daftar pustaka:

https://www.google.co.id/search?q=alkitab&oq=alkita&aqs=chrome.1.69i57j0l2j69i60l3.4295j0j7&sourceid=chrome&espv=2&es_sm=93&ie=UTF-8

Diskusi Hirono: 23 november 2015

Oleh : Frainto Julian Kalumata